search

Selasa, 21 Februari 2012

VANCOUVER, KOMPAS.com - Teknologi digital dalam bentuk media sosial, seperti Facebook, Youtube dan pesan digital serta perangkatnya, dapat menjadi penyelamat bahasa-bahasa yang terancam punah di Bumi.

Dalam pertemuan American Association for the Adavancement of Science di Vancouver pekan ini, pakar linguistik dari Swarthmore College, David Horrison, mengatakan bahwa dalam aplikasi di iPhone pun terdapat program Bahasa Tuvan yang menjadi alat komunikasi oleh orang Siberia dan Mongolia. Dengan aplikasi itu, orang yang lebih muda bisa belajar bahasa leluhurnya dengan lebih mudah.
"Bahasa-bahasa kecil memakai media sosial, Youtube, SMS, dan ragam macam teknologi untuk menyebarluaskan bahasa dan eksistensinya," kata Harrison seperti dikutip BBC, Sabtu (18/2/2012).
Globalisasi dituding sebagai ancaman bagi kepunahan setengah dari 7.000 bahasa di Bumi. Teknologi digital dianggap sebagai sesuatu yang akan mempertahankan eksistensi bahasa tersebut. "Saya menyebutnya sisi lain globalisasi. Kita banyak mendengar sisi gelap globalisasi pada budaya kecil untuk mengasimilasi," ujar Harrison.
Lewat teknologi digital, sekelompok kecil orang yang berbicara dalam bahasa tertentu dapat menyebarluaskan bahasanya sehingga didengar dan berpotensi dipakai lebih banyak kalangan.
Harrison bersama National Geographic kini membantu pengembangan kamus berisi 32.000 kata dalam 8 bahasa yang terancam punah. Kata-kata juga direkam sehingga pengguna tahu bagaimana harus mengucapkannya. Kata-kata dalam kamus diucapkan oleh native speaker. Salah satu native speaker itu adalah Alfred "Bud" Lane, salah satu pengguna terakhir bahasa Silets Dee-ni di wilayah Oregon.
Dalam proyek penyusunan kamus online itu, Lane telah merekam 14.000 kata. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya bisa menjadi jembatan bagi anggota sukunya.

Margaret Noori, pakar studi Amerika di Universitas Michigan dan pengguna bahasa Anishinaabemowin, yakni paduan 200 bahasa dari wilayah Kanada dan Amerika Serikat, juga terlibat dalam proyek tersebut. Ia mengatakan, banyak komunitas pengguna bahasa terancam punah juga memakai Facebook. "Apa yang kami lakukan adalah menghubungkan orang. Semua untuk mempertahankan bahasanya," jelasnya.
Harrison menuturkan, "Semua yang orang tahu tentang planet, tumbuhan, hewan dan bagaimana hidup berkelanjutan, es kutub, serta perbedaan ekosistem dikomunikasikan lewat budaya dan bahasa. Hanya sedikit saja yang sudah tertulis di literatur ilmiah."

"Jika kita peduli pada kelangsungan Bumi, kita akan mengambil manfaat dari bertahannya basis pengetahuan (bahasa) ini," pungkasnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar