search

Selasa, 21 Februari 2012

Indonesia Peringkat Tujuh Pemakai Software Bajakan





Peningkatan software bajakan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kondisi ini membuat Indonesia menorehkan rekor sebagai peringkat ketujuh dari 32 negara di dunia pengguna software bajakan atau tanpa lisensi.

Peringkat tersebut berdasarkan hasil riset Business Software Alliance (BSA) dan Ipsos Public Affairs pada 2010 lalu. Riset ini dilakukan berdasarkan sisi perilaku pengguna dan kurangnya penegakan hukum.

"Dari hasil riset tersebut, Indonesia berada di urutan ketujuh pemakai software ilegal atau tanpa lisensi," jelas Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP), Justisiari P Kusumah, di Jakarta, Kamis 16 Februari.

Justisiari yang juga Kuasa Hukum BSA Indonesia itu mengatakan, BSA melakukan survei kepada 400-500 responden di 32 negara. Hasil lain menunjukkan secara global, berdasarkan hasil riset BSA sebanyak 47 persen pengguna komputer pribadi di dunia menggunakan software ilegal.

Studi Dampak Pemalsuan Terhadap Perekonomian Indonesia yang dilakukan MIAP dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) pada 2010 menyatakan produk software palsu menjadi salah satu produk yang banyak digunakan konsumen Indonesia sepanjang 2010, yakni sebesar 34,1 persen.

Menurut Justisiari, argumen yang mengatakan kegiatan pemalsuan dan pembajakan telah menolong perekonomian negara dan menciptakan lapangan kerja merupakan argumen yang tidak valid.

"Hal itu karena jelas dari hasil studi justru kegiatan tersebut telah membawa dampak negatif yang lebih luas," tambah Justisiari.

Dia menyebutkan, ada 12 sektor industri di Indonesia yang mengalami kerugian akibat pemalsuan barang atau bajakan yang ditaksir berkisar Rp43 triliun. Industri software merupakan yang terbesar mengalami kerugian, diperkirakan hingga Rp15 triliun.

"Produk software bajakan menjadi salah satu produk yang banyak digunakan konsumen Indonesia di sepanjang 2010, yakni 34,1 persen," ungkap Justisiari.

Tingginya angka pembajakan software ini jelas bikin MIAP yang beranggotakan perusahaan seperti Microsoft dan lainnya jadi gerah. Apalagi, persentase pembajakan di Indonesia -- meski sempat turun -- kembali naik jadi 87 persen.

"Menjadi perhatian kami, pembajakan tidak hanya merugikan perusahaan software besar, tapi juga industri kecil. Dampaknya luas dan berakibat buruk bagi Indonesia," tambah Director Genunie Software Initiative Microsoft Indonesia, Sudimin Mina.

Menurutnya, dengan tidak dilindunginya para pengembang software di Indonesia, bisa menyebabkan mereka lari mencari suaka ke negara lain yang bisa lebih memberikan jaminan atas bisnis software mereka.

"Contohnya saja Sehat Sutarja, dia memilih untuk jadi warga negara Amerika karena merasa hak cipta produknya dilindungi di sana. Dan sekarang dia jadi salah satu orang terkaya di dunia. Ini jelas kerugian buat Indonesia," sesal Sudimin. (*/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar