search

Sabtu, 14 Januari 2012

GERAP GURITA PROFILE


Sejarahnya Gerap Gurita, 

Beberapa waktu yang lalu, kebetulan Aink, keyboardis band folk-punk Gerap Gurita main ke kantor kami (cieee…. kantor…!!). Dia ditemani oleh Graha, yang kata Aink adalah vokalis sementara Gerap Gurita, pengganti Anom yang sekarang lagi di luar kota jauh sekali. Ya sudah kebetulan mereka ada, kami wawancarai saja deh.
Katanya, band ini terbentuk di tahun 2006. Terdiri dari, ainGG: musette; Graha G: Vokal, akustik guitar; Dandun GG: bass; aGunG: drum; mira GG: biola; KinGkonG: gitar; anGGit: seruling plastik. Para personel Gerap masih punya hubungan darah satu sama lain, jadi band ini kayak proyek keluarga gitu. Mereka kebetulan adalah para sepupu yang punya misi dan visi yang sama.
Emang visi dan misi kalian itu apa sih?
"Band-band-an, "kata Aink., "Berekspresi, menuangkan segala sesuatunya melalui musik." Mereka juga ingin beda dengan band-band lain. Dari musiknya aja jelas, mereka ingin mengangkat musik kontemporer seperti punk rock, tapi dengan mengangkat tradisi budaya Jogja. Mereka mendefinisikan musik Gerap Gurita sebagai musik rock dan folk dengan basic punk, tapi dimasuki unsur tradisional seperti seruling dan akordeon. Mereka juga menggunakan biola dan saksofon yang membuat penampilan mereka berbeda dari band-band punk lainnya.
Katanya memainkan musik punk yang dipadu dengan instumen tradisional karena ingin melestarikan budaya lokal, tapi kok alat-alat tradisional yang dipake bukanlah alat tradisional lokal?
"Welah emangnya musik tradisionale opo je?!"Anom yang kami wawancarai secara online ikut-ikutan menanggapi, "Recorder flute itu pa? Kan dah dibilang itu alat sisa waktu SMP dulu, dan punyanya emang cuma itu. Semisal kami pake gamelan komplit, teneh koyo wayangan, dan lagi gak ada yang bisa main. Lagian format Gerap Gurita kan bukan band big gamelan...dasare yo ora due tekno...coba kalo punya mesti dicoba semuanya...kami tu orang-orang nritik dan sok tahu kok..hahaha
Sebagai band punk, mereka sudah sering manggung di berbagai acara punk Jogja dan sekitarnya. Bagi mereka komunitas punk memang sangat penting. Menurut mereka, komunitas punk lah yang mengangkat mereka. Di situlah tempat mereka belajar dan menjadi besar. "Band ini jelas bukan band komersil,"kata Aink, "karena kami berangkat dari komunitas punk."
Sebagai band punk, apa yang kalian lawan?
"Budaya memakan budaya,"kata Aink. "Budaya asli kita mati karena banyak budaya asing yang masuk."jelasnya. Menurut Aink sekarang banyak anak-anak muda yang nggak peduli sama budaya asli daerahnya sendiri, jadi Gerap ingin menjadi anak muda bukan kebanyakan yang masih "nguri-uri kabudayan".Sedangkan Anom menyatakan bahwa mereka tidak melawan siapa-siapa, karena semua kami anggap kawan. Dia juga mengatakan bahwa kita semua hidup dibumi ini harus berjuang untuk hidup kita sendiri, untuk keluarga, untuk anak, dan semua yang kita miliki dalam kehidupan sehari-hari.
"Tapi yg jelas Gerap Gurita cuma ingin menyampaikan sesuatu melalui nada-nada yg sebenarnya cacat nada..haha…Ya simak ajalah lirik lagu di Gerap Gurita. pasti ketahuan apa yg disampaikan."ujarnya.
Lirik mereka juga menggunakan bahasa Indonesia lho. Kata Aink, "Biar bisa lebih mudah diterima." Lalu Graha menambahkan, "Karena Gerap Gurita itu asli Indonesia, dan khususnya asli Jogja. Ngapain harus pake lirik bahasa Inggris?"
Sedangkan Anom mengatakan, "Kebetulan materi lagu yang kemaren-kemaren aku yang buat, karena aku bukan orang bule, dan kebetulan nilai bahasa inggrisku jelek., haha… Nggak juga ding..biar apa yang ingin disuarakan lewat lagu itu mudah tersampaikan. Sebenarnya gak pernah ada artinya sebenarnya, kita cuma pingin kedumbrang-kedumbreng aja kok..."
Kalo soal influens musik, selain mendengarkan band-band lokal dan tradisional, mereka masih mengacu pada band-band luar seperti The pogues,The Tossers, Dropkick Murphys, Flogging Molly, Greenland Whalefishers, The Mahones, Cock Sparrer, Anti-heros, dan band-band yang sejenis dengan mereka. Sedangkan Anom sendiri, sangat mengagumi Koes Plus! Dengan bersemangat dia menjelaskan, "Kalo untuk influens musik saya sangat mengagumi Koes Plus. Lihat saja mereka, apa sih yang nggak bisa mereka bikin? Ya anggep aja Koes Plus juga mempengaruhi lirik kami karena lirik mereka bagus sakali lho! Hohoo… Viva la Koes Plus!"
Ketika ditanya lagu apa yang jadi andalan, mereka mengatakan bahwa belum ada yang bisa menggantikan lagu JOi!gjakarta, karena anak-anak punk Jogja sudah hafal lagu itu. "Adik kecilku yang baru kelas 2 SD aja hafal! Bapak dan ibuku juga! Piye kui?! Opo ora menthol theot... Hahaha."kekeh Anom.
Anom suka banget lho sama lagu ini. Katanya dia mengisi kedua take gitarnya karena Graha sakit waktu rekaman. Anom sendiri juga yang memainkan recorder, mengisi lead vocal, sampe mixdown. "Opo ora nggleleng aku ki?! Haha… Tapi intinya liriknya lah. Semua bisa ngerti kan arti lirik jOi!gjakarta? ya itu intinya... "
Mereka mendapat inspirasi lagu itu setelah gempa Mei 2006 melanda Jogja. Lagu ini menjadi semacam kenang-kenangan bagi mereka dan teman-teman mereka di Jogja. Lagu itu bercerita tentang nasionalisme mereka dan kecintaan mereka terhadap kota Jogja.
Saat ini mereka sedang rekaman dengan materi kira-kira dua belas lagu, katanya. Lagu-lagu ini semuanya baru, berbeda dengan lagu-lagu mereka yang terdahulu. "Kami mencari label yang mo ngelabelin full album kami"kata Anom. Rencananya kalo ada label yang mau merilis rekaman mereka, lagu-lagu ini akan dijadikan album.
Lalu ketika ditanya adakah kata-kata terakhir yang ingin diucapkan, mereka menjawab, "TERIMAKASIH BUAT KALIAN KAWAN!!! Stay punk, stay free, stay DIY!"(put/gis)

1 komentar: